Dalam dunia usaha model bisnis waralaba menjadi favorit para pengusaha selama beberapa dekade terakhir. Banyak yang bisnisnya melambung berkat model bisnis ini. Namun kita juga tidak bisa menutup mata bahwa tidak sedikit juga yang akhirnya kandas pada perjalanannya. Bisnis waralaba merupakan bisnis yang tampak menjanjikan keuntungan. Bila ditelaah kekuatannya, hal itu benar adanya. Bagi para pebisnis, waralaba adalah kesempatan untuk berekspansi tanpa harus mengeluarkan modal besar seperti halnya bila membuka cabang sendiri.
Namun, segalanya di dunia ini selalu datang berpasangan, termasuk dalam dunia bisnis. Kesempatan tersebut datang berpasangan dengan risiko, yaitu kehilangan kendali penuh pada kualitas bisnisnya. Ketika kita memutuskan untuk mewaralabakan bisnis, itu artinya kita siap membuka kemitraan dengan orang lain. Dan bermitra dengan orang yang mungkin sama sekali tidak kita kenal bukanlah hal mudah. Pengelolaan terwaralaba inilah yang umumnya menjadi batu sandungan bagi para pewaralaba, di samping hal lain seperti sistem yang tidak rapi dan SDM yang belum kuat.
Di sisi lain, pesona waralaba juga memikat para calon terwaralaba. Kalau kita browsing di mesin pencari kita akan melihat banyak hasil riset – umumnya di luar negeri – tentang tingkat kesuksesan bisnis waralaba. Hal ini kemudian semakin memotivasi calon terwaralaba hingga akhirnya sering kali mereka lupa bahwa setiap model bisnis memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Banyak waralaba yang akhirnya berjatuhan. Bahkan Es Teler 77 pun sempat mencicipi pahitnya kegagalan. Apakah ini artinya bisnis waralaba tidak lagi menguntungkan? Apa sebenarnya kunci untuk sukses dalam bisnis waralaba? Apa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam bisnis ini?
Majalah Youth Marketers edisi ke-13 ini membahas secara lengkap tentang bisnis waralaba di Indonesia. Bagaimana para pewaralaba sukses menjalankan model bisnis ini. Untuk itu kami mewawancarai beberapa narasumber, seperti Es Teler 77, Taman Sari Royal Heritage Spa, Mr.Burger, Moz5 dan Simply Fresh. Untuk melengkapi itu, kami juga mewawancari Amir Karamoy, seorang pakar waralaba.
Di samping itu, Anda juga bisa menikmati artikel menarik lainnya. Di rubrik Café Corner ada cerita tentang idealisme dan romantisme Coffee Toffee dan bagaimana mereka akhirnya menjadi jaringan gerai kopi lokal terbesar di Indonesia. Sementara di rubrik Komunitas, ada cerita tentang Marketing Club yang mewadahi para marketer di Indonesia.
Jangan lewatkan juga artikel para kolumnis Majalah Youth Marketing. Simak tentang awan yang tidak selalu kelabu di rubrik Idea Corner, 10 teknik Twitter Marketing di rubrik Marketing for Entrepreneur, dan kisah Pygmalion di rubrik Living Success.
Selamat membaca! Silakan Download, GRATIS!
– See more at: http://www.ymarketers.com/shop/bisnis-waralaba-sudah-mati/#sthash.pTKU396v.dpuf